Download Alquran 30 Juz Adegan Romantisme Rasulullah (3) : Citra Cinta Sejati
Sekarang, terlintas dalam pikiranku sebuah hikayat yang tidak biasa. Suatu hari, seorang pria Persia mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk sebuah jamuan makan. Laki-laki ini sudah populer terampil meramu masakan sehingga menjadi kuliner yang enak dan enak untuk dinikmati..
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun menjawab bersedia menghadirinya, alasannya yakni Aisyah radhiyallahu 'anha juga menghadirinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meminta izin kepada pria persia itu biar istrinya Aisyah sanggup ikut dalam jamuan itu. Namun pria itu meminta maaf lantaran yang diundang hanya Rasulullah seorang diri..
Mendengar larangan ini, Aisyah bersedih. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat rona kesedihan begitu terperinci di wajah istrinya. Akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan batal menghadiri undangan..
Mendengar dia akan membatalkan kehadirannya, pria itu segera balik ke rumah dia untuk kedua kalinya mengundang. Namun, Rasulullah tetap menolak hadir lantaran alasan Aisyah. Ketika pria Persia itu mengetahui alasannya yakni penolakan Rasulullah, yaitu absensi Aisyah. Maka ia memutuskan untuk mengundang kedua-duanya. Rasulullah dan Aisyah pun hadir dalam jamuan makan itu. Setelah itu, Rasulullah mengucapkan terima kasih kepada pengundang..
Sungguh, pada momen-momen menyerupai ini, diperlukan sahabat yang menemani, bukan pergi seorang diri. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ingin melompati moral atau kebiasaan yang sudah menyatu dalam alam pikiran masyarakat ketika itu bahwa suami harus melaksanakan apa-apa dengan seorang diri..
Banyak orang berpandangan bahwa menyatakan perasaan cinta di hadapan publik yakni bentuk perilaku lemah dari pihak laki-laki, dan mereka tidak selayaknya melaksanakan hal itu. Ada juga pihak yang berpandangan bahwa bab perempuan dari perasaan suaminya hanya sebatas ungkapan kata-kata, tidak lebih dari itu. Dan derma kepadanya pun hanya dalam bentuk materi..
Perhatikan dengan teliti, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak berangkat sendirian, tapi harus ditemani istrinya Aisyah. Beliau menyerupai ingin berada di samping Aisyah dan tidak ingin berpisah dan berjauh-jauhan dengan sang istri tercintanya itu.. [1]
Perhatikan kebesaran kepribadian dia ketika ia meminta maaf kepada pria Persia itu hanya lantaran Aisyah tidak sanggup ikut hadir. Ia meminta maaf kepadanya dengan penuh kelembutan dan sopan santun, sehingga balasannya pria Persia itu sanggup memahami dengan sendirinya apa yang terjadi pada diri beliau..
Kemudian juga cermati dengan baik betapa bahagianya dia ketika Aisyah balasannya sanggup ikut bersamanya pada jamuan makan. Bahkan Anas menggambarkan adegan keduanya ketika keluar dari pintu rumah, "Keduanya pun berangkat dengan penuh kebahagiaan sampai kembali lagi ke rumah.."
Inilah citra cinta sejati Nabi kepada istrinya. Beliau benar-benar mencintainya dengan kualitas yang tinggi. Suatu hari, dia pernah membela istrinya, menyerupai yang diriwayatkan oleh Amar bin Yasir dengan mengatakan, "Apakah kalian hendak menyakiti kekasih Rasulullah..?"
Artikel Lainnya :
○ Adegan Romantisme Rasulullah (1) : Cinta Yang Tak Redup
○ Adegan Romantisme Rasulullah (2) : Makna Cinta Yang Hakiki
○ Adegan Romantisme Rasulullah (1) : Cinta Yang Tak Redup
○ Adegan Romantisme Rasulullah (2) : Makna Cinta Yang Hakiki
Baca Juga : Khutbah Jum'at Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr (6 Prinsip Parenting Islami)
——○●※●○——
Sumber : Bahasa Cinta Suami Istri (edisi terjemah), halaman 128-131. Penulis : Karim Syadzili. Judul Asli : لغات الحب. Penerjemah : Muhammad Yasir. Penerbit : Pustaka Al-Kautsar, cetakan ke-1 Oktober 2012
Disalin ulang oleh : Esha Ardhie
Senin, 21 Agustus 2017
***
[1] Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selalu bersikap adil kepada isteri-isterinya, meskipun dia mempunyai kecintaan khusus kepada Aisyah radhiyallahu 'anha. Jika dia tidak mau berjauhan dengan Aisyah maka terhadap isteri-isteri dia yang lain juga demikian sikapnya. Edt..
——○●※●○——
Sumber : Bahasa Cinta Suami Istri (edisi terjemah), halaman 128-131. Penulis : Karim Syadzili. Judul Asli : لغات الحب. Penerjemah : Muhammad Yasir. Penerbit : Pustaka Al-Kautsar, cetakan ke-1 Oktober 2012
Disalin ulang oleh : Esha Ardhie
Senin, 21 Agustus 2017
***
[1] Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selalu bersikap adil kepada isteri-isterinya, meskipun dia mempunyai kecintaan khusus kepada Aisyah radhiyallahu 'anha. Jika dia tidak mau berjauhan dengan Aisyah maka terhadap isteri-isteri dia yang lain juga demikian sikapnya. Edt..